Sunday, May 29, 2011

Alon - Alon Waton Kelakon

Alon - alon waton kelakon alias tidak terburu- buru dalam bertindak, perlahan tetapi pasti..

Penggalan diatas mengingatkan saya pada sebuah buku cerita anak - anak (yang sejujurnya saya baca ketika sudah tidak lagi sebagai anak -anak, eheee.. ), judulnya Momo karangan Michael Ende,




Berkisah tentang gadis kecil misterius bernama Momo yang tidak jelas asal usulnya, tinggal sebatang kara di sebuah amphitheater. Ya, tidak jelas darimana ia berasal, siapa bapak ibu nya, berapa umurnya, namun yang menarik dari Momo adalah bahwa ia punya suatu kemampuan luarbiasa yang jarang dimiliki orang, yaitu kemampuan mendengarkan. Weits, jangan anggap remeh ya..
Those who still think that listening isn't an art should see if they can do it half as well!

Jadi, Momo ini senang sekali mendengarkan cerita orang.. siapa saja, bahkan orang pendiam sekalipun benar - benar ia tunggu sampai mau bercerita. Untuk itulah, banyak orang di kota senang mengunjungi Momo untuk didengarkan. Bahkan ada, mereka yang sedang berselisih, datang menceritakan masalahnya kepada Momo, yang kemudian pulang dengan perasaan damai dan saling bersahabat kembali.
Bukan, Momo bukan seorang pemecah masalah ulung atau pemberi solusi yang hebat.
Momo hanya sabar, mendengarkan keluh kesah semua orang. Mereka awalnya datang dengan emosi meluap - luap, menceritakan problem hidupnya, lalu lama kelamaan berangsur mereda, setelah itu mereka dapat melihat segalanya dengan jernih dan berpikir yang terbaik untuk masalah mereka sendiri.

Dengan kemampuannya ini, Momo menjadi sahabat semua orang.
Termasuk diantaranya, dua sahabat baiknya, Guido (Pemandu Wisata) dan Beppo (Tukang Sapu Jalanan).
Sifat keduanya sangat bertolak belakang, kalau Guido orangnya optimis dan suka sekali bercerita, ia tidak pernah kehabisan hal untuk diceritakan, selalu saja ada yang baru dan tidak pernah sama ceritanya. Sementara Beppo, orangnya pendiam. Ketika orang bertanya ia hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa - apa. Kalaupun ia harus manjawab pertanyaan itu, ia akan memikirkannya lama sekali sebelum menjawab (terkadang orang yang bertanya sampai lupa apa pertanyaannya tadi).
Hanya Momo yang dengan sabar menunggu jawaban Beppo, dan walaupun lama pasti Beppo akan menjawab dengan jujur. Beppo percaya bahwa kesulitan yang ada di dunia ini terjadi karena banyak yang tidak berkata jujur, dan seringkali tanpa disadari.


Namun tak lama kemudian, datang atmosfir yang tidak menyenangkan.
Mereka adalah Para Tuan Kelabu si pencuri waktu dari Bank Waktu (waktu baca ini, yang saya bayangkan tentang para tuan kelabu ini kayak agen MLM2 gitu ya, baju rapi, bawa koper, haha)
Mereka membujuk orang - orang untuk menyimpan/ menabung waktu mereka. Dengan cerdiknya, mereka meyakinkan orang - orang bahwa selama ini orang - orang menghabiskan dengan percuma, membuang2 waktu untuk hal yang tidak berguna dalam hidup mereka. Naah, hampir semua orang dewasa termakan jebakan betmen ini (karena anak - anak susah dipengaruhi). Di sudut - sudut kota terpampang iklan - iklan dengan tulisan, "Waktu adalah Uang", "Waktu itu Berharga, Jangan Dibuang", "Berbuatlah Lebih Banyak Lagi untuk Hidup Anda. Simpanlah Waktu", dan berbagai macam iklan yang bernada serupa. Pengaruh Tuan Kelabu semakin menginfeksi seluruh kota, kehidupan menjadi hampa, orang - orang menghindari kegiatan - kegiatan yang membuang waktu, seperti aktivitas sosial, seni, piknik, melamun, mengkhayal, atau bahkan tidur. (waah.. paraaah, kegiatan favorit saya semuaa.. :p)

Bangunan, jalan - jalan, bahkan pakaian pun semua didesain serupa, persis sama untuk semua orang. Dan semua tidak ada yang protes, karena mereka tidak lagi memperdulikan sekitar, dan irama kehidupan di kota semakin tidak tenang, serba terburu - buru. Kasian orang - orang, mereka tidak tahu bahwa sebenarnya waktu yang telah mereka simpan, digunakan oleh para tuan kelabu sebagai bahan dasar membuat cerutu yang selalu mereka hisap. tanpa cerutu ini, mereka akan musnah.

Melihat ini, Momo kemudian memutuskan untuk membantu mengembalikan situasi kota menjadi nyaman kembali. Dengan ditemani sahabat barunya, Cassiopeia, si kura - kura, ia menemui Mpu Hora, Sang Penguasa Waktu.





Membaca novel ini, kita disuguhkan simbol - simbol kehidupan, permasalahan mendasar yang ada di dunia, tentang betapa pentingnya waktu, dan nilai tentang hal - hal sederhana yang kita lakukan, namun kita menikmatinya. Itulah yang membuat hidup terasa berharga.
Kita kadang tidak sadar, terperdaya oleh para tuan kelabu (hayooo lo.. ), menganggap waktu adalah uang, semua harus serba cepat, terburu - buru, hingga kita lupa pada persoalan - persoalan sederhana yang membuat bahagia.. contohnya, saya senang memberi makan anjing saya, mengajak ngobrol ikan peliharaan saya, atau bermain - main busa sabun ketika mandi (sampe dimarahi habis2an oleh bapak, ibu, kakak2 karena lamaaa banget di kamar mandi). Mungkin menurut sebagian orang hal itu tidak berguna dan hanya membuang waktu, tapi menurut saya engga tuh.. paling tidak hal tersebut membuat saya bahagia, hihihi..
Coba kalau orang - orang yang hidupnya hanya habis untuk bekerja, untuk hal - hal remeh tersebut mereka tidak punya waktu. Seolah hidupnya stress dan mengikuti alur yang membosankan, dan tujuannya?
hahaa.. gak jelas!
Seperti yang dibilang Carey Mulligan kepada Kepala Sekolah nya di film An Education, "Studying is hard and boring. Teaching is hard and boring. So, what you're telling me is to be bored, and then bored, and finally bored again, but this time for the rest of my life? This whole stupid country is bored! There's no life in it, or color, or fun!"


Oke mungkin sebagian besar dari kita memikirkan tentang masa depan.
Bekerja terus - terusan, dari pagi sampai malam atau bahkan pagi lagi, melakukan apa saja agar karir kita sukses, sampai seringkali mempertaruhkan kebahagiaan kita sendiri, hingga kehilangan momen - momen indah dengan keluarga atau orang - orang terkasih.
Tidak jarang kita mendengar, orang yang mati - matian bekerja, tak kenal waktu, hingga lupa pada kesehatannya sendiri, pada akhirnya, segala jerih payahnya bekerja harus ia habiskan untuk membiayai rumah sakit.. ohh.. mengharukan..
Atau saat jamuan makan, seseorang sibuk dengan hape nya, berkomunikasi dengan rekan bisnis nya, sampai tidak lagi memperdulikan keluarganya sendiri.
Seperti syair Sapardi Djoko, "memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga, sampai pada suatu hari, kita lupa untuk apa.."

Ohh.. apa kalian mengijinkan Para Tuan Kelabu merampas kebahagian kalian???






*Beteweh, saya suka karakter Beppo di cerita ini..
Tentang caranya melakukan kebiasaan menyapu jalan.
Beppo menyapu sepanjang hari, bermil2 jauhnya. Bisa jadi, memikirkannya pun tak sanggup. Tapi Beppo, berusaha tidak memikirkan besar daerah yang harus disapunya hari ini. Dia hanya fokus kepada satu langkah sapuan ke depan, terus dan terus. Ketika orang lebih senang melihat hal yang besar dan bukan fokus pada langkah - langkah kecil untuk menyelesaikan hal besar itu, orang - orang sering terjebak panik terlebih dahulu, akhirnya memulai terburu - buru dan kerja dengan cepat. Ketika dia kemudian berhenti untuk melihat sudah sejauh mana langkah yang diambil, yang sering terlihat adalah betapa masih banyak langkah yang belum diambil. Masih jauhhhh dari kata selesai.
Tapi untuk Beppo, dengan mengambil langkah - langkah kecil, Beppo berusaha mencintai dan menikmati setiap langkah kecilnya itu. Mencintai dan menikmati momen, itulah kuncinya. Ketika akhirnya selesai menyapu, ia  mendapat 2 keuntungan : ia selesai menyapu jalan yang panjang, dan juga menikmati setiap langkah penyapuan jalan tadi. Oh! betapa beruntungnya orang yang mencintai setiap langkah kecil untuk menyelesaikan perkara yang besar..

Wednesday, May 18, 2011

Ketenangan yang Dalam




"Barangkali, sebagai ahli bela diri, 
aku tidak bertarung demi perolehan atau kehilangan, 
tidak memikirkan kekuatan atau kelemahan, 
dan tidak maju selangkah atau surut selangkah. 
Musuh tidak melihatku. Aku tidak melihat musuh. 
Menembus masuk ke suatu tempat dimana 
langit dan bumi belum terpisah, 
dimana Yin dan Yang belum tiba, 
dengan cepat dan efisien aku memberikan efek."








*Salah satu kutipan dari buku The Lone Samurai (pembukaan biksu Takuan dalam Babad Perang Taia).
Suka aja sama kutipan nya,
walaupun bukunya belum selesai dibaca..

Pringles Bangles

Ini sebenernya tugas kampus, mata kuliah fotografi desain.. Jadi semacam disuruh bikin langkah2 bikin sesuatu (halaah)..
Lalu jadilah akhirnya saya bikin gelang dari bekas tempat pringles ini..
Jadinya lucu juga kok (menghibur dirii)..
Silakan kalau mau nyoba sendiri di rumah.. gampang kok bikinnya... :D




Pertama kita siapin dulu bahan2nya, : kaleng bekas potato chips (sebut saja pringles!), pita polos 2 warna @ 3cm dan 5cm (warna terserah kamu, sukanya apa..), cutter, gunting, benang jahit, dan lem (sebaiknya pake lem uhu aja ya, yang saya pake kemaren itu bukan lem untuk kain, jadi susah nempel..)



Potong kaleng potato chips tadi pake cutter, lebarnya sesuai selera ja, kira2 maunya seberapa, gede apa kecil :p. Kalau saya kemaren sih, caranya pake double tape yang ditempelin ke kalengnya, jadi  lebarnya nurutin  itu, hasilnya juga jadi lebih rapih..




Lalu lilitkan pita selebar 3cm tadi menutupi seluruh permukaan gelang, yang rapi yaa.. (biar gak keliatan kalo bekas pringles..)



Setelah permukaannya tertutupi, ujung pitanya diberi lem untuk ditempelin ke gelang,  beri lem nya usahakan pada bagian dalam gelangnya, yaa.. biar gak keliatan sambungannya..




Langkah selanjutnya, buat pita besar untuk hiasan gelang. Caranya, lipat pita jadi 2 bagian, lalu tengahnya di lipat2 lagi, untuk memberi kesan rimpel. Setelah itu, ikat bagian tengahnya menggunakan benang.










Lalu pita nya tadi ditempelkan ke gelangnya, supanya keliatan cantik.. Kalau kemarin saya bikinnya 2 pita, satu besar, satunya lebih kecil, lalu ditumpuk..





Yaaaap... jadi dehhh..
Gampaaang kaaan??









*special thank untuk teman saya, Meiji.. yang merelakan tangannya untuk jadi model :p
haha mwuah..