Berkisah tentang Sam, anak lelaki umur 11 tahun yang mengidap leukimia.
Di minggu - minggu terakhir kehidupannya, ia menulis buku harian yang berisi daftar2, cerita2, foto2, berbagai pertanyaan dan fakta seputar kematian.
Ya, kematian..
Salah satu fakta kehidupan yang tak terelakkan.
Sam membutuhkan jawaban atas pertanyaan - pertanyaan yang enggan dijawab orang - orang.
Dari awal saya sudah suka dengan covernya, dan sinopsis cerita di belakangnya.
Dan benar, cerita yang dikemas manis sekali, betul2 membuat saya berkaca2, antara lucu dan sedih.
Gimana ya, dituliskan dalam sudut pandang seorang anak 11 tahun, bertanya tentang kematian, dengan pertanyaan - pertanyaan yang polos, tapi nyesek..
Seperti, "Bagaimana kita tahu kita sudah mati?", "Sakitkah kalau mati?", "Kemana orang setelah mati?", atau "Apakah dunia masih ada setelah aku tidak ada?"
Juga tentang reaksi orang2 di sekitarnya, ayahnya yang berusaha tegar menyembunyikan emosinya, terkadang juga menyangkal (maklumlah, sebagai seorang ayah yang berharap lebih pada anak laiki - laki nya) , ibunya yang selalu sedih dan khawatir, adik perempuannya, Ella yang bingung tidak tahu harus berbuat apa dari hari ke hari (termasuk malam2 ke kamar Sam untuk memastikan bahwa Sam masih disana. aww..T.T )
Bagian2 lucu nya adalah saat dia dan Felix, sahabatnya (juga menderita kanker) yang nakal, konyol, slenge'an, tetapi logis (mungkin juga pesimis dalam memandang kehidupan), yang membantu Sam dalam mewujudkan hal - hal terakhir yang ingin dilakukannya.
Seperti nonton film2 horror berlabel 15-18+, melihat hantu, memecahkan rekor dunia untuk sesuatu yang konyol, merasakan menjadi remaja, minum2, merokok, dan.. punya pacar.. hihi..
Saat terkikik2 sendiri membayangkan tingkah mereka berdua, kemudian mucul juga pertanyaan dari saya selayaknya Sam,
" Mengapa Tuhan membuat anak - anak jatuh sakit?"
Apakah Tuhan itu tidak ada? atau Tuhan itu sebenarnya ada tapi diam2 Dia jahat? suka menyiksa anak2 kecil untuk bersenang2 saja? (kata Felix)
hehe.. tentu tidak ya..
Mungkin kita bisa mengerti kalau orang yang sudah tua pada akhirnya memang harus meninggal, tidak ada orang yang mau hidup selamanya, kan?
Di film2 atau cerita tentang orang2 yang hidup abadi sepertinya mereka juga tidak terlalu senang, kesepian, dan sedih.
Kalau misalnya tidak ada orang yang mati, dan orang2 baru terus menerus lahir, mungkin dunia ini makin lama makin penuh, sampai akhirnya setiap orang mesti berdiri diatas kepala orang lain, dan kita terpaksa hidup di bawah air, atau di planet Mars? hehe.. (kata Sam)
Kita bisa mengerti itu semua, tetapi mengapa anak - anak harus meninggal?
Kalau kata Granny (nenek Sam), salah kalau melihat dari sudut pandang itu.
Katanya, mati ialah ibarat ulat yang hendak berubah menjadi kupu - kupu, yaitu tahap selanjutnya dalam kehidupan.
Seperti berubah menjadi spiderman adalah tahap selanjutnya dari kehidupan Peter Parker.
Jadi kita tidak perlu takut, malah harusnya antusias.
Semuanya tentang siklus matinya segala sesuatu yang lama, dan lahirnya yang baru - baru. Bintang - bintang lama berganti menjadi bintang - bintang - bintang baru, daun - daun yang sudah tua mati dan berganti dengan tunas - tunas muda.
Mesti ada sesuatu yang mati untuk kemudian lahir sesuatu yang baru.
Tidak perlu takut,
Segalanya pasti berubah dan mengalir.
Semua tergantung bagaimana cara kita memandangnya.
Yang pasti, seperti kata Sam,
"Kalian boleh saja sedih, tapi tidak boleh terlalu sedih. Kalau kalian selalu sedih waktu memikirkan aku, bagaimana kalian bisa mengingat aku?"
*Huaa.. dek Saaammm.. cini - cini, kakak pelukkk..