Bila kita bertanya tentang makna cinta, tanyalah kepada alam, sekeliling kita. Tengoklah bunga mawar, pepohonan, sungai, mata air.. Mungkinkah bunga mawar hanya memberikan keharuman kepada orang baik saja dan tidak kepada mereka yang jahat? Seperti halnya sebatang pohon, tanpa pilih kasih, memberikan tempat berteduh bagi setiap orang, baik dan buruk, tua dan muda, tinggi dan rendah, apapun profesinya, bentuk fisiknya, tidak hanya manusia, tetapi juga binatang, dan segala jenis makhluk hidup (bahkan makhluk halus, mungkin.. mbak kunti.. :p). Itulah sebabnya mengapa kita didorong untuk menjadi seperti Allah, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat maupun orang yang baik dan menurunkan hujan kepada orang yang benar maupun orang yang tidak benar.
Lalu, kalau begitu, apa harus kita lakukan untuk memiliki cinta yang demikian sempurna seperti itu?
Tidak ada..
Tidak ada yang dapat kita lakukan..
Mengapa?
Karena pada akhirnya hanya akan menimbulkan perasaan terpaksa, diperalat, dan kepura - puraan (karena cinta tidak dapat dipaksakan).
Namun ada yang dapat kita lepaskan..
Maksudnya, berhentilah melihat orang - orang sebagai baik dan buruk, kudus maupun berdosa, lihatlah mereka sebagai yang tidak sadar dan tidak tahu. (Tak seorangpun dapat berbuat dosa dalam kesadaran. Dosa terjadi dalam ketidaktahuan, bukan dalam kebencian seperti yang kita pikirkan. "Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.")
Jadi, poin pertama, sifat cinta adalah tidak membeda - bedakan, seperti halnya pepohonan dan bunga mawar.
Kemudian sifat cinta yang kedua adalah cuma - cuma atau tidak mengharapkan imbalan. Memberi dan tidak meminta balas jasa. Bagaimana caranya? Yakni dengan jalan membuka mata dan melihat, menyingkapkan apa sesungguhnya yang selama ini kita sebut dengan cinta. Apakah hanya kamuflase atas egoisme dan keserakahan kita saja.
Sifat berikutnya dari cinta adalah, ketidaksadaran diri. Cinta begitu bahagia dengan mencintai sehingga tidak sadar akan dirinya. Seperti bunga mawar yang menebarkan keharumannya begitu saja, tanpa peduli ada atau tidaknya orang yang mencium keharumannya. Seperti pohon yang memberikan keteduhan. Keharuman dan keteduhan ada bukan karena ada manusia atau mati bila tidak ada manusia. Mereka ini, seperti juga cinta, lepas dari manusia. Cinta begitu saja ada, tanpa perlu memiliki objek, terlepas apakah mereka menguntungkan seseorang atau tidak.
Sifat terakhir dari cinta adalah bebas. Saat paksaan, kendali, atau konflik muncul, cinta mati. Pikirkan bagaimana mawar, pohon, membiarkan kita sungguh - sungguh bebas. Pohon tidak akan berusaha menarik orang ke dekatnya untuk berteduh biarpun ia berada di bawah terik matahari.
Pikirkanlah sejenak saat - saat ketika kita menyerah pada paksaan dan kendali orang lain karena ingin bertindak sesuai dengan harapan mereka dalam usaha membeli cinta dan penerimaan dari mereka, atau karena kita takut kehilangan mereka.
Setiap kali kita menyerah pada kendali dan paksaan, kita merusak kemampuan kodrati kita untuk mencintai, karena kita hanya dapat melakukan apa yang orang lain (dengan seizin kita) lakukan terhadap diri kita. Renungkanlah..
Kemudian, ketika paksaan dan kendali itu hilang, kebebasan akan muncul.
Kebebasan adalah kata lain dari cinta..
*Lagi, permenungan yang saya dapat dari buku karangan Anthony de Mello.. :)
sedapp :)
ReplyDelete